Something very rare happening now in my garden! My aloe vera plant is flowering. Some internet sources reveal that the flower has hefty price due to it can cure some degenerative diseases like cancer and tumor and it can also have miraculous effect for the skin. This is actually my first time seeing a flower of aloe vera plant.
Sunday, November 1, 2020
Wednesday, July 22, 2020
Heaven on Earth, Keukenhof it is!
If you are fond of Tulips, then you should really visit Keukenhof on April! Because on April, all the tulips are blooming like crazy. So beautiful and so fresh.
Thursday, July 9, 2020
Tips for Choosing Investor
One day, I had a disagreement with one of our investor over our upcoming business. The investor wanted to delay the start of the business on August due to uncertainty, while I insisted that we should start on July because I believe the market is very appealing on this month. You see, inexperienced investor tend to over-worry, while experienced ones will face the uncertainty because they know business by nature is all about uncertainty. So when you want to choose investors for your business, always opt to the experience ones, although for example the new or inexperienced ones have larger sum of money, believe me they are slow and indecisive.
Tuesday, July 7, 2020
Jalan-Jalan di Kota Praha Cukup 1 Hari Saja!
Minggu lalu, tepatnya tanggal 5-6 Maret, saya berkesempatan untuk mengunjungi Praha, ibukota negara Republik Ceko, sebuah negara di Eropa Timur. Saya pergi kesana bersama beberapa orang teman, orang Indonesia namun sedang menuntut ilmu di Australia dan Rusia. Kami berangkat kesana dari Berlin setelah menghadiri audiensi bersama Bapak Presiden Republik Indonesia di Hotel Adlon, Berlin. Perjalanan ke Praha kami mulai dari Zob AM Funkturm, terminal bis antar kota antar negara di Uni Eropa. Kami menggunakan bis yang bernama Student Agency. Biaya untuk tikte pulang-pergi dengan menggunakan bis ini terhitung murah, yaitu hanya 56 euro atau sekitar 728.000 rupiah (jika 1 euro=13.000 rupiah). Pelayanan di bis pun tidak kalah dengan kereta ataupun pesawat. Bisnya sangat tepat waktu, ada fasilitas seperti in-flight entertainment sehingga kita bisa mendengarkan musik ataupun menonton film di dalam bis, toilet, free wifi, majalah, koran, disediakan minuman gratis berupa coklat panas, teh, kopi, dll. Menurut saya untuk harga segitu dan dengan fasilitas selengkap itu, menggunakan jalur darat seperti bis sangat saya rekomendasikan. Perjalanan dari Berlin ke Praha menempuh waktu sekitar 5 jam (namun untuk pengalaman saya kemarin bahkan tidak sampai 5 jam). Kebiasaan orang Eropa yang menurut saya patut dicontoh oleh orang Indonesia adalah memasang skenario terburuk untuk jadwal bis, jadi jadwal yang tertera di tiket adalah jadwal terburuk jika terjadi kemacetan atau hal-hal tidak terduga lainnya. Pada kenyataannya, lama perjalanan sebenarnya adalah tidak sampai 5 jam. Hal ini bagus sekali untuk menghindari terlambatnya penumpang dalam melanjutkan perjalanan berikutnya. Kami berangkat dari Berlin sekitar pukul 5 sore dan tiba di Praha sekitar pukul setengah 10 malam.
Sepanjang perjalanan menuju Praha, saya tidak terlalu memperhatikan jalanan karena saya sibuk membuat mid-term essay yang harus dikumpulkan malam itu juga ke Paris (Saya adalah mahasiswa tahun pertama di Sciences Po Paris). Saya sangat bersyukur karena ada fasilitas wifi dan tempat duduk yang nyaman di bis. Traveling dengan status sebagai mahasiswa menurut saya adalah tantangan tersendiri, bagaimana kita mengatur waktu sebaik mungkin, bersenang-senang tapi juga tetap harus ingat dengan kewajiban, istilahnya work hard, play harder, tapi kalau bagi saya study hard, traveling harder. Selama 3 jam saya mengerjakan essay tersebut, saya pun tertidur dan terbangun karena pengumuman dari supir bis bahwa bis kami sudah mendekati Florence, terminal bis terbesar di Praha. Hari sudah malam ketika kami tiba dan temperature pada saat itu menunjukkan minus 2 derajat celcius. Cukup dingin untuk kota yang berada di Timur Eropa. Tapi menurut teman saya (Ketua PPI Republik Ceko), jika siang hari cuaca akan lebih hangat dan sudah lebih sunny karena sudah mulai akan masuk musim semi.
Dari Florence kami segera berangkat menuju sekretariat PPI Republik Ceko (merangkap apartemen mantan Ketua PPI Ceko) karena kami rencananya akan menginap di sekretariat tersebut. Kami tidak sempat berjalan-jalan malam harinya karena sudah terlalu lelah, namun keindahan Kota Praha sudah terlihat, seperti halnya Paris, Praha juga sangat cantik di malam hari. Sekretariat PPI Republik Ceko berada di Malostranska, salah satu daerah pelajar di Kota Praha. Dari Florence ke Malostranska, kami harus naik metro ke arah Mustek untuk berganti ke line A karena Malostranska berada di line A. Perjalanan dari Florence ke Malostranska hanya sekita 30 menit. Satu yang unik lagi dari kota Praha adalah walaupun kami tiba sudah sangat malam, namun di metro ataupun bis masih sangat crowded. Menurut teman saya yang sudah lama tinggal di Praha, orang Praha sangat workaholic, jadi mereka rata-rata baru pulang kerja pukul 9 malam. Agak mengejutkan menurut saya karena jika dibandingkan dengan Jerman yang ekonominya nomor 4 di dunia, orang Ceko ternyata lebih giat bekerja, walaupun mungkin pay-less.
Tiba di sekretariat PPI Republik Ceko kami disajikan makan malam khas Indonesia, dan kemudian kami ngobrol sebentar dan memutuskan untuk beristirahat untuk memulai pertualangan di Praha esok harinya. Keesokan harinya kami memulai pertualangan kami di kota Praha dengan pertama kali mengunjungi Kastil Praha atau Prague Castle. Sebelum ke Kastil Praha, kami membeli one-day ticketseharga 110 Kc atau setara dengan 4.4 euro (1 euro = 25 Kc). Tidak sulit untuk menukarkan uang di Praha, ada banyak money changerdisana, namun dalam kasus saya, saya sengaja menarik uang dari mesin ATM agar lebih praktis dan rate nya lebih pasti. Rate untuk menukarkan 1 euro ke Kc disana bervariasi mulai dari 1 euro setara dengan 25 hingga 28 Kc. Saran saya, lebih baik untuk menarik uang melalui mesin ATM agar lebih praktis.
Kami berjalan kaki menuju Prague Castle karena jaraknya dekat. Tiba disana ternyata kastilnya sudah dipenuhi oleh banyak sekali turis Spanyol dan Italia. Ternyata Praha adalah salah satu tujuan wisata favorit bagi warga negara Spanyol dan Italia. Kastil Praha adalah monumen paling bersejarah di Ceko karena merupakan tempat Raja Ceko dulu. Kastil ini juga sangat luas, sekitar 45 hektar. Kami sempat mengambil beberapa foto disana. Namun karena kami tidak memiliki cukup banyak waktu, akhirnya kami segera menuju ke tujuan wisata berikutnya, yaitu Charles Bridge. Dari Kastil Praha ke Charles Bridge kami juga cukup berjalan kaki karena cukup dekat. Dari perjalanan menuju Charles Bridge, kami sempat bertemu dengan orang Indonesia namun sudah berkewarganegaraan Ceko. Kalau dilihat dari mukanya, si Rafay ini sangat tidak terlihat seperti orang Indonesia. Jika dia tidak menyapa kami duluan, kami tidak akan tahu kalau dia adalah orang Indonesia. Mukanya sangat khas Pan-Asia, malah lebih cenderung ke bule, mungkin mengikuti gen ibu nya yang orang Ceko asli. Pekerjaan sehari-harinya adalah menyewakan mobil-mobil antik untuk tour di sekitar Charles Bridge dengan biaya sekali tur sekitar 1200Kc atau sekitar 48 euro per jam-nya, cukup mahal, namun memang mobil-mobilnya sangat cantik dan antik. Ternyata Rafay ini juga penyanyi dan katanya dia pernah berduet dengan penyanyi ibukota, Rossa. Cukup lama kami ngobrol dengan Rafay hingga kami kemudian meneruskan perjalanan menyebrangi Charles Bridge. Charles Bridge menurut saya sangat indah, tidak kalah dengan beberapa Pont di Paris, lebih bersih malah. Satu hal lagi yang saya salut dari kota Praha ini, kotanya sangat bersih dan teratur, padahal dalam bayangan saya sebelumnya kota ini semacam Paris, cantik namun kotor. Ternyata dugaan saya sama sekali salah, kota ini sangat cantik dan bersih, udaranya pun sejuk.
Kami sempat mengambil foto di tengah Charles Bridge karena jika melihat ke arah kiri dari jembatan, terdapat Kafka Museum. Museum ini didedikasikan untuk Franz Kafka, seorang penulis ternama kelahiran Praha. Sayangnya kami tidak sempat berkunjung ke Kafka Museum karena keterbatasan waktu. Namun yang pasti, Kafka sangat terkenal di Praha, namanya didedikasikan sebagai nama jalan, nama museum, restoran, hingga hotel. Sangat reasonable menurut saya jika seorang Kafka bisa menulis seindah itu karena Kota Praha memang sangat indah. Di Charles Bridge juga kita bisa membeli berbagai souvenir karena banyak pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jembatan, mulai dari gantungan kunci hingga lukisan wajah. Ada banyak juga pekerja seni yang bermain biola, bernyanyi, bermain gitar sehingga menyebrangi Charles Bridge ini merupakan favorit saya ketika berada di Kota Praha.
Setelah menyebrangi Charles Bridge kami bergerak ke arah historical clock, jam yang konon katanya hanya ada satu-satunya di dunia dan arsitek jam tersebut dipenggal kepalanya agar dia tidak bisa menciptakan jam seindah itu di tempat lain. Kami mengambil beberapa foto disana, beristirahat sebentar, mencoba kuliner disana yang saya lupa namanya namun sangat enak. Penganan di Kota Praha rata-rata berbahan dasar babi sehingga bagi muslim agak sulit untuk menemukan makanan halal disana kecuali jika kita pergi ke food stand milik orang dari Timur Tengah dan menikmati Kebab, dan semacamnya. Setelah dari Historical Clock kami bergerak ke arah Muzeum. Muzeum ini pusat kota Praha, ada banyak gerai-gerai pakaian branded disini, selain itu tempat ini juga dipenuhi oleh kafe-kafe lucu, dan banyak anak muda kota Praha hang out disini. Mungkin Muzeum ini bisa disebut mall outdoor karena sering dijadikan meeting point warga Praha. Kami cukup lama beristirahat di Muzeum, mengambil beberapa foto hingga kemudian kami memutuskan untuk pulang karena jadwal tiket bus kami adalah pukul 17.30 PM sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 14.00 PM dan kami belum packing.
Itulah cerita perjalanan saya selama satu hari di Kota Praha. Agak tidak puas karena masih banyak tempat-tempat indah yang belum sempat saya kunjungi di Praha, tapi setidaknya saya sudah mengunjungi 4 tempat yang harus dikunjungi ketika di Praha. Kesan saya untuk kota ini adalah Kota Praha sangat cantik, sangat historis, orang-orangnya lebih ramah dibandingkan Paris, bersih, dan teratur. Mungkin banyak orang menilai Paris adalah kota tercantik di dunia, tapi bagi saya sejauh ini dari semua kota yang telah saya kunjungi, Praha adalah kota terindah selain Madrid. Jika tidak memiliki banyak waktu, mengunjungi Praha bisa dilakukan hanya dalam waktu kurang dari sehari seperti yang saya lakukan dan Anda akan sangat terkagum-kagum dengan keindahan kota ini walaupun hanya berada selama sehari disana.
Jalan-Jalan ke Lisbon, Portugal
Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi satu negara di Barat Daya Eropa lebih tepatnya di Iberian Peninsula. Sebuah negara yang terkenal akan kekuatan politik, ekonomi, dan militernya di abad ke 15 dan 16 sehingga menjadikan negara tersebut sebagai negara terkuat di seluruh dunia pada jaman keemasannya. Negara ini memiliki banyak wilayah jajahan seperti Macau, Brazil, Angola, Guinea Bissau, Mozambique, hingga Timor-Timor. Ya, negara tersebut adalah Portugal. Sayangnya jaman keemasan negara ini memudar ketika memasuki abad ke 19 hingga sekarang. Salah satu orang Portugal yang mendunia adalah Vasco de Gama. Beliau adalah salah satu orang yang membuka kesempatan Bangsa Eropa untuk datang dan menjelajahi negara-negara Timur.
Portugal dengan ibukotanya Lisbon memberikan misteri tersendiri untuk saya kunjungi. Selain negara ini termasuk salah satu negara eksotis di Benua Eropa selain Spanyol, negara ini mempunyai jalinan cerita yang panjang dengan negara kita, Indonesia. Dimulai sejak kedatangan bangsa ini ke kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia pada tahun 1512 untuk menguasai sumber rempah-rempah yang berharga dan juga untuk memperluas usaha misionaris Katolik Roma, hingga usahanya untuk membantu Timor-Timor untuk lepas dari Indonesia.
Bahkan dahulu gosipnya sebelum Timor-Timor resmi lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 2002, Orang Portugis cenderung kurang menyukai Orang Indonesia karena mereka berpikir Indonesia adalah negara penjajah. Agak ironis jika mengingat mereka justru pernah menguasai beberapa kerajaan nusantara seperti Kerajaan Sunda, Kesultanan Demak, dan juga kerajaan-kerajaan lainnya di Ternate, Ambon, dan Solor.
Perjalanan menuju ke Lisbon dari Paris ditempuh selama 2 jam. Saya berangkat dari bandara Charles de Gaulle pukul 16. 30 dan tiba di Lisboa Airport, Portugal pada pukul 18.00. Saya memilih menggunakan pesawat karena saya hanya punya sedikit sekali waktu untuk menjelajahi negara ini. Selain itu juga sudah tidak ada tiket yang tersisa. Saya berangkat kesana menggunakan maskapai Lufthansa. Agak mahal memang jika dibandingkan dengan pesawat low-cost lainnya, Cuma untuk kali ini, saya memang sengaja memilih untuk “berpergian ala koper,” karena saya baru selesai ujian akhir dan tubuh saya masih sangat lelah.
Setibanya di Lisboa Airport, saya menuju ke metro untuk melanjutkan perjalanan saya ke hotel yang berada di wilayah Cais de Sodre, sebuah wilayah wisata yang hanya berjarak 500 meter dari laut. Saya tidak terlalu menemukan banyak kesulitan selama berada di Portugal karena saya bisa berkomunikasi menggunakan Bahasa Spanyol dan Orang Portugis rata-rata mengerti Bahasa Spanyol. Bahasa Portugis juga secara penulisan sangat mirip dengan Bahasa Spanyol, hanya berbeda pengucapannya saja. Namun jangan khawatir, jika tidak bisa berbahasa Spanyol pun, orang Portugis lancar berbicara bahasa Inggris. Mungkin karena turis yang datang ke negara ini rata-rata English people.
Harga tiket metro sekali jalan dari bandara Lisboa ke Cais de Sodre hanya sekitar 1,7 euro. Hampir mirip dengan harga satu tiket metro sekali jalan di Paris. Dari Bandara ke hotel, saya sempat berganti metro untuk mengambil linehijau, karena Bandara Lisboa menggunakan linemerah. Waktu yang ditempuh dari bandara ke hotel saya hanya sekitar 20 menit.Sesampainya di hotel, saya menyempatkan diri untuk berganti baju sebentar, makan malam, dan berjalan-jalan di sekitar hotel. Kebetulan hotel saya sangat dekat dengan pantai bahkan bisa dibilang halamannya adalah pantai.
Keesokan harinya saya berusaha untuk memaksimalkan minimnya waktu yang saya punya di Lisbon. Perjalanan saya mulai dari St. George Castle. St. George Castle adalah benteng peninggalan jaman keemasan Portugal. Tiket masuk ke Castle ini adalah 8,5 euro untuk orang dewasa, namun karena saya masih mahasiswa dan berumur 22 tahun, saya mendapatkan tiket setengah harga, sehingga saya cuma harus membayar sekitar 4 euro. Di dalam St. George Castle terdapat museum arkeologi dimana saya banyak menemukan fakta menarik mengenai hubungan Portugal dengan Islam dan kebudayaannya. Banyak sekali budaya Portugal yang berasal dari budaya Islam. Hal ini dikarenakan dari mulai tahun 711 hingga tahun 1249, Portugal adalah salah satu wilayah kerajaan Islam. Pada masa dibawah kerajaan Islam, nama Portugal adalah Al-Gharb Al-Andalus atau wilayah di Barat Andalusia. Selain memiliki unsur kebudayaan Islam, Portugal juga mempunyai hubungan sejarah yang cukup dekat dengan China. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ditemukan barang-barang peninggalan China seperti guci, cawan, dan benda-benda khas China lainnya di museum arkeologi ini.
Berjalan keluar dari musem arkeologi, saya dihadapkan dengan pemandangan Kota Lisbon yang sangat cantik dengan dihiasi oleh kilauan pantulan air laut. Angin yang berhembus juga sangat sejuk dengan temperatur yang sangat bersahabat yaitu 22 derajat celcius. Tidak heran banyak turis menikmati pemandangan ini sambil mengabadikan setiap momen melalui kamera masing-masing. Setelah puas menghabiskan waktu di St. George Castle, saya bergegas turun ke pusat kota untuk makan siang. Karena dekat dengan laut, menu restaurant di Kota Lisbon rata-rata adalah sea foods terutama ikan. Karena saya gemar menyantap ikan, maka saya merasa sangat betah untuk tinggal di Lisbon. Saya memesan Sardinha Assada atau dalam bahasa Indonesia adalah Sardin Bakar, dan rasanya lezat sekali. Saya juga cukup kaget begitu mengetahui jumlah yang harus saya bayar sangat murah yaitu hanya sekitar 8,5 euro. Padahal untuk menu sea foods jika di Paris bisa mencapai lebih dari 30 euro. Negara ini memang surga untuk penggemar kuliner berbahan dasar ikan seperti saya.
Setelah mengisi tenaga, saya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan tram. Tram di kota Lisbon sangat khas karena hanya satu gerbong kecil dan sangat tua. Berbeda dengan tram yang ada di Belgia atau Belanda. Karena saya menggunakan one day ticket (seharga 6 euro), saya bebas menggunakan transportasi apa saja dalam waktu 24 jam. Tujuan saya selanjutnya adalah Sao Roque Church, konon katanya, Sao Roque Church ini adalah chapelpaling mahal di dunia karena terbuat dari emas yang khusus didatangkan dari Brazil ketika Brazil masih merupakan wilayah jajahan Portugis. Selain ke Chapel ini, saya juga sempat mengunjungi Berardo Museum dimana di dalam museum ini terdapat karya-karya dari Andy Warhol, Picasso, Dali, dan lain-lain. Yang paling menyenangkan dari museum ini adalah tidak diperlukan tiket untuk masuk alias gratis. Saya juga sempat mengunjungi Chiado, shopping center dan meeting point nya anak-anak muda Portugis. Selain Chiado, saya juga mengunjungi Cascais, sebuah pedesaan nelayan Portugal dan mencicipi kuliner berbahan dasar gurita disana, saya lupa namanya apa tapi sangat lezat karena guritanya masih segar.
Malam harinya saya sempatkan untuk mengunjungi Belem Tower, tower yang katanya harus saya kunjungi jika ke Lisbon. Letaknya agak di luar kota Lisbon, namun tidak terlalu jauh. Setelah mengunjungi Belem Tower saya sempatkan untuk ke hotel untuk istirahat sebentar, mencicipi kue khas Portugal bernama queijadas, pasteis de bata, dan juga bolo! Ya saya yakin bolu yang kita kenal di Indonesia adalah resep orang Portugis karena bentuk dan rasanya sama dengan bolu yang saya temui di Indonesia. Saya juga sempat mencicipi bacalhau (codfish). Pukul 22.00 saya pergi ke Bali Lounge karena ada pertunjukan Jazz disana.
Keesokan harinya saya berburu souvenir khas Portugal di Lisbon central, harga souvenir di Lisbon hamper sama dengan Paris namun sedikit lebih murah yaitu sekitar 4-5 euro per item. Ada satu souvenir khas Portugal yang bernama Azulejos atau yang dikenal dengan ubin. Namun ini bukan ubin sembarangan, azulejos punya corak yang unik dan dahulu merupakan ubin yang tertempel di istana raja, museum, dll, dan tidak diproduksi secara massal lagi, sehingga harganya mahal. Satu azulejosseukuran 10 cm x 10 cm bisa berkisar antara 20-100 euro tergantung tahun dibuatnya. Saya berhasil menemukan satu series complete dari Portuguese Stamps abad ke 5 dan juga perangko-perangko mantan negara-negara jajahannya, yang salah satunya sudah tidak exist lagi, yaitu Macau. Saya sangat puas sekali.
Setelah mendapatkan souvenir yang saya cari, saya sempat mengunjungi beberapa museum unik lainnya seperti National Tile Museumdengan berbagai jenis dan corak azulejos, Palacio Fronteira, Fado in Chiado dimana saya bisa mendengarkan musik khas Portugal dan diakhiri dengan saya ke Barrio Alto sebelum kembali ke Bandara.
Perjalanan yang singkat namun sangat berkesan di Lisbon menuntaskan rasa ingin tahu saya akan bangsa-bangsa besar di masa keemasannya. Portugal ada di dalam list saya dan Alhamdulillah telah tercapai keinginan saya untuk menjelajahinya. Masih ada beberapa bangsa besar dalam list saya, semoga negara-negara ini setidaknya sama mengagumkannya dengan Portugal.
Saturday, May 30, 2020
Review Air Purifier Dyson
We have been using Dyson Air Purifier for almost three years and we have changed the filter two times. In Indonesia, the price of the filter gets higher as years went by. First time we changed the filter, it was only IDR 700K, last year it was IDR 1,5 millions. I dont know how much it is this year but I will check it soon as the indicator already told us that the filter was full.
I have been very happy to have Dyson air purifier in our bedroom. With its technology, I experienced allergy of pollutants only once or twice a year. It works like magic because before Dyson, I always got morning flu. Maybe because it automatically removes 99.95% of harmful ultrafine particles as small as PM0.1. The air feels fresh and with its technology we can know how much polluted is our room.
Another great point is Dyson air purifier can be used as fan! Yes a great fan, considering we love in a humid and tropical country. It also does not produce any weird sounds like some other air purifier. It akso has a very nice and elegant appearance. You can connect it through wifi and you can turn it on even though you are not in your room! How cool is that! I really really love Dyson products!
Sri
I have been very happy to have Dyson air purifier in our bedroom. With its technology, I experienced allergy of pollutants only once or twice a year. It works like magic because before Dyson, I always got morning flu. Maybe because it automatically removes 99.95% of harmful ultrafine particles as small as PM0.1. The air feels fresh and with its technology we can know how much polluted is our room.
Another great point is Dyson air purifier can be used as fan! Yes a great fan, considering we love in a humid and tropical country. It also does not produce any weird sounds like some other air purifier. It akso has a very nice and elegant appearance. You can connect it through wifi and you can turn it on even though you are not in your room! How cool is that! I really really love Dyson products!
Sri
Monday, March 2, 2020
Resep Minuman Penangkal Virus Corona
Di penghujung tahun 2019, dunia dikejutkan dengan mewabahnya Virus Corona (Novel Covid 19). Virus yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, Cina, telah menyebar ke banyak negara termasuk Indonesia. Baru kemarin tanggal 2 Maret 2020, Pemerintah Indonesia mengonfirmasi terdapat dua orang Indonesia yang terjangkit Virus Corona. Efeknya masyarakat jadi panik dan banyak memborong masker dan hand sanitizer. Masyarakat lupa bahwa yang paling penting adalah meningkatkan imun tubuh sehingga tubuh kita tidak kena virus atau jika amit-amit kena virus, maka akan cepat sembuh. Keluarga kami punya minuman alami yang dapat meningkatkan imun tubuh dari berbagai macam virus termasuk Virus Corona. Ahli kesehetan menyampaikan bahwa untuk menangkal virus corona adalah dengan menangkal badai sitokin yang tak lain sebuah proses biologis dalam paru karena adanya infeksi virus itu. Di sinilah peran Curcumin yang ada pada jahe dan kunyit. Madu dan jeruk nipis dapat juga memperkuat daya tahan tubuh. Berikut resepnya:
1. Satu rimpang jahe seukuran telunjuk orang dewasa
2. Satu rimpang kunyit seukuran jempol orang dewasa
3. Satu buah jeruk nipis atau seperempat buah lemon impor
4. Madu 2 sendok makan
5. Air bersih sekitar 200 ml panaskan (atau ambil langsung air hangat 200 ml di dispenser)
Cara membuat:
Cuci bersih jahe dan kunyit kemudian kupas kulitnya. Potong kecil kunyit dan jahe tersebut. Kemudian setelah dikupas, dicuci dan dipotong kecil, blender bersama dengan air bersih kunyit dan jahe tersebut hingga halus. Setelah halus, saring dan masukkan ke dalam gelas. Di dalam gelas, ramuan kunyit dan jahe tersebut tambahkan dengan 2 sendok madu dan perasan jeruk nipis atau lemon. Kemudian minum selagi hangat. Ampas kunyit dan jahenya jangan langsung dibuang, tambahkan air di dalamnya ampas kunyit dan jahe lalu taruh di kulkas. Air ampas kunyit dan jahe tersebut saring jika ingin diminum. Tetap berkhasiat karena dijadikan infuse water.
Selamat Mencoba!
Pengalaman Horor di Jepang!
Wah saya pernah mengalami kejadian mistis di Jepang! Kalau diingat-ingat horor sekali sampai saya selalu merinding tiap cerita kejadian ini. Jadi ceritanya, pertama kali saya ke Jepang itu tahun 2010. Pada waktu itu, karena saya ikut program student exchange, saya tinggal bersama dengan keluarga Jepang di Kota Yokohama, sekitar 47 menit dari Tokyo naik kereta. Nah kampus saya itu Keio University di Tokyo, jadi saya tiap hari harus ke Tokyo dari Yokohama. Awal-awal saya tinggal di Jepang, keluarga host saya selalu mengantarkan saya dari rumah ke stasiun kereta. Jarak dari rumah ke stasiun kereta itu sekitar 15–20 menit jalan kaki melewati kebun-kebun sayur dan rumah-rumah lainnya. Pagi hari saja lumayan sepi, saya mikirnya wah apalagi malam hari. Sampai saya sudah seminggu di Jepang, keluarga host saya sudah tidak lagi mengantar saya ke stasiun, mereka mikirnya saya sudah hapal. Memang saya sudah hapal sih rute dari rumah ke stasiun.
Nah bagian horornya adalah saat saya kebetulan malam itu harus pulang agak telat dari Tokyo karena diajak teman-teman buat dinner bareng. Jadi saya pulang dari Tokyo itu sekitar pukul 8 malam. Otomatis saya sampai di Yokohama sudah sekitar pukul 8.50 malam. Suasana stasiun juga sudah lumayan sepi. Saya beneran sudah parno banget demi apapun karena saya memang orangnya penakut. Tapi ya mau gimana lagi, tidak sopan kalau minta antar jemput terus kan. Akhirnya yasudah saya jalan keluar dari stasiun, masih aman-aman saja, saya tidak merasakan keanehan. Nah keanehan mulai terjadi saat saya jalan nyebrang rel tua. Setelah nyebrang rel itu, saya merasa seperti diikuti seseorang. Sumpah saya masih merinding ketika menulis ini.
Ketika ngerasa diikuti, saya mikirnya oh mungkin orang lain yang baru pulang kerja, tapi kok saya rasanya takut sekali. Makin lama makin intens itu yang ngikutin saya, apalagi ketika saya lewat tanah kosong kayak kebun yang ditanami sayuran gitu. Saya agak lari-lari kecil biar jarak agak jauh dengan yang ngikutin, tapi eh malah makin dekat rasanya. Saya penasaran jadi saya nengok ke belakang. To my surprise, ternyata tidak ada manusia yang ngikutin saya! Langsung saya tahu kalau saya dikerjain sama makhluk dimensi lain. Saya lari sambil baca segala surat pendek, al fatihah, ayat kursi. Sampai di rumah host saya, saya dibukakan pintu dan saya langsung masuk ke kamar. Kamar saya itu dindingnya bukan tembok dan posisinya agak depan, jadi ketika saya mencoba tidur, saya dengar kok di halaman depan rumah berisik sekali suara orang lewat. Terlihat bayangan orang lewat di halaman rumah. Saking ketakutannya, saya tutup muka pakai selimut dan akhirnya ketiduran.
Besok paginya, saya tanya dengan keluarga host saya, apakah tadi malam otousan atau okasan ada yang sedang beres-beres taman, dan mereka kompak menjawab tidak ada. Sehabis membukakan saya pintu, okaasan langsung masuk kamar lagi katanya. Dan lagi katanya mustahil orang jalan-jalan di taman rumah karena di depan kamar saya itu bunga mawar yang kalau orang lewat pasti tertusuk duri mawar yang tajam-tajam. Deg! Jadi yang tadi malam lewat depan kamar saya itu siapa??!!
Sunday, February 9, 2020
Jalan-Jalan ke Paris Membawa Anak Umur 2 Tahun
Ketika Kawa berumur 2 tahun, saya dan suami memang berencana untuk membawa Kawa jalan-jalan ke Paris. Kenapa Paris? Karena Paris adalah salah satu kota penuh kenangan karena saya pernah tinggal di sana selama dua tahun saat kuliah S2. Selain itu, saat ini, adik laki-laki saya juga sedang menempuh sekolah master di
sekalian nengokin om nya. Kami cukup lama jalan-jalan di Paris, sekitar 2 mingguan. Setelah lulus dari S2, ini merupakan kali kedua saya mengunjungi si “kota cahaya”.
Dari Indonesia, kami terbang naik Etihad dan transit di Abu Dhabi sebelum menuju Paris. Ini adalah pengalaman pertama anak saya jalan-jalan ke luar negeri dan langsung ke Paris! Kawa terlihat sangat senang sekali naik pesawat dengan perjalanan panjang. Kawa sudah terbiasa naik pesawat dari umur kurang dari 3 bulan, tapi biasanya penerbangan singkat selama kurang dari tiga jam. Perjalanan ke Paris ini sejauh ini adalah perjalanan terpanjang Kawa berada di dalam pesawat. Kawa memang suka sekali dengan pesawat terbang, dia punya beberapa miniatur pesawat terbang di rumah dan juga dia suka sekali memainkannya.
Saat tiba di Paris dan sedang menunggu koper kami datang, Kawa made friends dengan anak Prancis seumuran Kawa. Mereka asik bermain padahal baru kenal dan masing-masing tidak mengerti bahasa satu sama lain. Hahaha... Memang anak kecil seperti punya bahasa sendiri ya. Setelah semua koper kami datang, kami bergegas keluar dan di luar sudah menunggu adik saya. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, kami langsung antri taksi. Ternyata kami dapat supir taksi asli Myanmar yang sudah lama tinggak di Paris dan tahu Ahok. Sepanjang perjalanan kami ngobrol tentang Ahok, dan ternyata bapak supir taksinya seorang muslim. What a suprise to find a moslem Bhutanian. Entah kenapa ongkos taksi yang kami bayar saat itu paling murah dibandingkan ongkos taksi yang pernah saya bayar sepanjang bolak balik Indonesia-Perancis. Kami hanya membayar 55 euro, padahal biasanya saya bayar hingga mencapai 70an euro.
Di hari pertama dan kedua kami menginap di apartemen adik saya, cuma karena adik saya sharing apartemen dengan orang lain dan flatmate nya menyebalkan, akhirnya kami pindah ke hotel dan AirBnb. Selama di Paris kami mengunjungi banyak tempat-tempat yang sering saya kunjungi ketika tinggal di Paris. Tentu saja kami ke Eiffel, Louvre, dan tempat-tempat turistik lainnya. Tapi membosankan sekali jika hanya ke tempat-tempat penuh turis. Saya tahu beberapa hidden gem yang turis tidak tau. Makanan pun kami lebih banyak makan di restoran Asia, walau sesekali juga kami ke restoran Prancis atau Italia. Saya tidak suka berhemat kalau sedang liburan, liburan itu harus menyenangkan. Jadi kalau liburan masih hemat-hemat, lebih baik tidur saja si rumah. Ngapain liburan cuma foto-foto saja, tidak mencoba makanan khas daerah sana, tidak naik taksi, tidak belanja?
Ketika liburan di Paris kali ini kami sempaktkan ke Disneyland karena ini adalah pengalaman Disneyland pertama Kawa. Disneyland Paris adalah satu-satunya Disneyland yang ada di Eropa setau saya. Ketika kami ke Disneyland, Kawa sangat excited mencoba banyak wahana di Disneyland. Kawa tidak terlalu suka karakter-karakter Disneyland jadi kami bisa mencoba banyak wahana instead of ngantri foto. Kalau lapar di Disneyland, ada banyak restoran di dalam Disneyland dan rasanya enak-enak. Kalau mau ngemil? Tinggal beli popcorn dan Kawa kemarin sekalian beli popcorn bag yang bergambar semua karakter Disneyland. Kawa juga kami belikan mainan-mainan Disneyland.
Kawa juga saya ajak ikut ketemuan dengan teman saya anak Perancis tapi keturunan Maroko. Kami ketemuan di apartemennya karena teman saya sedang hamil besar. Kami disuguhi crepes, flan, dan kue-kue Perancis lainnya. Dan di apartemennya, kami dibuatkan teh mint Maroko, duh nikmat! Ketika kami perjalanan pulang ke bandara, teman saya melahirkan, wah berarti waktu itu mungkin bayinya sudah tidak sabar ingin dilahirkan, hehe...
Karena Paris belum musim sale, saya tidak belanja banyak, hanya beberapa barang seperti tas dan parfum yang kalau di Indonesia haganya bisa dua kali lipat, kalau di Paris bisa dapat lebih murah. Saya juga buka jastip, tapi ya dadakan, jadi tidak bisa dibilang untung gede juga, lumayan lah buat membantu teman-teman yang kepingin barang lebih murah dari harga store di Indonesia.
Itu lah pengalaman saya selama jalan-jalan ke Paris bersama anak saya yang saat itu baru berumur dua tahun, suami saya, dan adik perempuan saya. Semoga lain waktu bisa lebih lengkap mengajak adik bungsu saya, ayah, ibu, mertua, dan ipar saya. Aamiin. See you!
SR
Saturday, February 8, 2020
Pengalaman Traveling ke Maroko
Saya pertama kali ke Afrika itu tahun 2014 dan negara Afrika pertama yang saya kunjungi adalah Maroko. Saya dari dulu selalu penasaran dengan Benua Afrika. Benua ini penuh misteri dan sangat eksotis menurut saya. Saya ke Maroko di penghujung kuliah Master saya di Paris. Saya kasih diri saya kado buat ke Afrika karena waktu itu saya mendapat offer S3 dari University of Cambridge dan juga mendapatkan beasiswa Jardine Foundation (yang karena satu dan lain hal saya tidak jadi berangkat S3 ke Cambridge). Anyway, saya ke Maroko saat itu bersama adik kelas saya, anak Indonesia juga, tapi beda angkatan. Dia yang atur semua itinerary nya karena pada saat dia mengatur itinerary, saya sedang mempersiapkan untuk sidang thesis, jadi saya percayakan saja itinerary nya ke dia.
Dari awal dia bilang bahwa kami akan naik low-cost carrier dari Paris ke Marrakesh, tapi terus terang saya lumayan kaget karena itu adalah penerbangan pertama saya dengan pesawat murah. Saya jujur deg-degan karena yang saya bayangkan pesawat seperti itu kualitasnya mungkin seburuk pesawat-pesawat murah di Indonesia. Ternyata selama beberapa jam penerbangan, pesawat-pesawat penerbangan murah lumayan juga kualitasnya. Sesampainya di Marrakesh, sebagai orang Indonesia, saya senang sekali karena entah kenapa proses imigrasinya cepat. Oh iya, orang Indonesia pada tahun 2014 masih bebas visa ke Maroko.
Dari bandara, saya ingat kami dijemput kenalan adik kelas saya dan kami dibawa ke hotel kami. Kalau biasa hidup di Eropa, hotel-hotel di Maroko (lebih tepatnya di Marrakesh) itu murah-murah. Harganya tidak sampai 40 euro dan kami sudah mendapatkan hotel dengan lokasi yang strategis, dekat dengan Jemaa el Fna Square. Hari pertama tiba di Marrakesh saya dan adik kelas saya langsung berkunjung ke infamous Jemaa el Fna Square. Di sana ada pertunjukan ular seperti di India, suasananya ramai sekali dipenuhi stands penjual makanan, souvenirs, dll. Siang hari yang panas terik, saya sampai menghabiskan banyak sekali jus buah yang harganya 50 dirham setara 5 euro. Lumayan mahal juga tapi what do you expect. It’s the famous Jemaa el Fna Square.
Begitu malam tiba, suasana di sekitaran Jmaa el Fnaa makin meriah. Kami duduk di restoran di sekitaran Jmaa el Fnaa, makan Salad Maroko yang ya ampun enak banget, Tagine yang enak juga dan ditaruh di alat masak yang unik sekali bentuknya, Mechoui yang merupakan domba panggang. Sayangnya, saya pernah ditipu 100 dirham cuma untuk membuat henna di tangan yang dikerjakan tidak sampai 10 menit oleh mbak-mbak lokal Marrakesh. Saya juga mencoba pijat badan yang pegel-pegel di Marrakesh dan ended up membayar hampir 500 dirham atau setara 50 euro. Tapi tidak apa-apa, sebagai turis kita harus mendukung ekonomi lokal dan hitung-hitung sedekah.
Favorit saya kalau ngemil-ngemil itu saya makan sejenis keong seperti escargot tapi direbus di salah satu stand di Jmaa el Fna. Rasanya enak sekali dan hanya 10 dirham atau setara 1 euro. Pagi-pagi saya skip sarapan gratis dari hotel dan langsung bergegas ke restoran di sekitar Jemaa el Fnaa dan memesan teh mint khas Maroko yang enak banget. Bayangkan minum teh mint hangat di udara Marrakesh yang dingin dengan pemandangan yang bagus sekali, duh saya jadi kepingin berkunjung ke Marrakesh lagi.
Selama 1 minggu di Maroko, kami menyewa tour guides lokal yang berbahasa Inggris walau seadanya. Untungnya kemampuan Bahasa Perancis saya pada saat itu sudah lumayan. Kami dibawa jalan-jalan ke lokasi syuting film-film terkenal di Aait-ben-haddou. Di sini saat matahari lagi terik-teriknya, udara sedang panas-panasnya, temperatur sekitar 40 derajat celcius. Saya sempatkan manjat-manjat naik kubah ke perumahan warga yang luar biasa loh. Rumah mereka terbuat dari tanah liat yang kalau musim panas di dalam rasanya adem, dan kalau musim dingin di dalam rasanya hangat.
Saya juga sempat menginap di Gurun Sahara. Perjalanannya, setelah turun dari mobil, langsung disambut unta-unta untuk ditunggangi, terus dibawa ke tengah gurun yang sudah ada banyak tenda mengelilingi. Dalam paket tur itu kami sudah mendapatkan makan malam dan makan pagi. Saat pertama tiba di lokasi tenda-tenda di tengah gurun itu kalau tidak salah hari sudah sore. Tentu saja saya parno sekali ya Tuhan, saya takut sekali ada ular di dalam tenda tempat tidur saya, sehingga saya hampir tidak bisa tidur. Untungnya, banyak turis main gitar, nyanyi, dan menari mengelilingi api unggun, jadinya daripada ketakutan tidak bisa tidur, saya memilih menikmati malam hari di Gurun Sahara, sambil minum teh, di depan api unggun. Nikmat sekali.
Ada beberapa tempat wisata lain yang saya lupa namanya, banyak pohon-pohon palem di sekitarnya. Sayang sekali saat itu saya tidak banyak berfoto dan mengabadikan momen dan tempat-tempat wisata yang cantik sekali di Maroko, sehingga saya lupa nama tempat-tempat itu. Tapi kalau ada kesempatan lagi untuk ke Maroko, saya harus membuat catatan nama-nama tempat dan pengalaman saya selama di sana, supaya lebih detail. Lumayan buat memory lane seperti mesin waktu.
Sunday, January 5, 2020
Apakah Konflik Natuna Dapat Menyebabkan WWIII
Menurut saya, konflik di Natuna sangat mungkin menyebabkan hubungan antar negara memanas namun jika dikaitkan dengan kemungkinan World War III (WW III) saya rasa kemungkinannya kecil. Ada beberapa alasan kenapa kecil kemungkinan konflik Natuna berujung WW III.
Alasan pertama, Tiongkok sebagai negara pencetus konflik di Natuna merupakan salah satu negara ekonomi besar yang tentunya memerlukan pasar besar untuk produk-produknya. Intense perang dagang yang terjadi antara Tiongkok dan Amerika Serikat setidaknya sudah mengurangi pasar produk-produk Tiongkok di wilayah berpenduduk banyak. Indonesia sudah terkenal sebagai pasar besar dari produk-produk Tiongkok, dan Tiongkok tentu paham bagaimana resiko ekonomi yang mungkin terjadi jika Pemerintah Indonesia melarang produk Tiongkok masuk ke Indonesia.
Alasan kedua, walaupun kesannya Konflik Natuna ini adalah konflik antara Indonesia dan Tiongkok, tapi keadaan sebenarnya bisa jadi berbeda. Ada banyak kepentingan politik maupun ekonomi negara-negara maju lainnya di Indonesia, dan mereka tentu tidak akan membiarkan Indonesia hancur berperang dengan negara lain karena sekali lagi, Indonesia adalah pasar besar nan menguntungkan bagi negara lain. Belum lagi, jika ada banyak investasi yang sudah dilakukan di Indonesia dan belum balik modal. Tentunya pengusaha-pengusaha dari negara lain yang sudah berinvestasi di Indonesia akan sangat memantau kondisi politik dan keamanan Indonesia agar bisnis mereka tidak merugi.
Alasan Ketiga, Indonesia adalah salah satu negara yang berpengaruh di Kawasan Asia Tenggara dan tergabung dalam ASEAN. ASEAN sendiri telah memiliki banyak kerjasama antar kawasan. ASEAN juga bahkan banyak melakukan kerjasama dengan Tiongkok, jadi jika terjadi konflik antara Indonesia dan Tiongkok, tentu negara-negara ASEAN lainnya akan membantu untuk mendamaikan kedua negara tersebut.
Jadi, Konflik Natuna mungkin dapat membuat hubungan antara Indonesia dan Tiongkok memanas, namun jika dihubungkan dengan Perang Dunia Ketiga sepertinya kemungkinannya kecil.
Friday, January 3, 2020
Tips Bikin Visa Schengen Prancis
Sebagai Warga Negara Indonesia yang kekuatannya paspornya masih biasa-biasa aja, maka kita harus bikin Visa Schengen kalau mau melancong ke negara-negara Eropa Barat yang tergabung dalam Visa Schengen. Entah mengapa kekuatan paspor kita masih segitu-gitu aja dari zaman saya kuliah HI tahun 2008 sampe sekarang udah 2020. Bandingin deh sama paspor Malaysia, mereka lebih kuat loh, at least mereka bisa free masuk negara-negara Schengen sampe 3 bulan, ke UK mereka bisa free sampe 6 bulan. Lah kita? Ke Belanda aja tetep harus urus Visa Schengen padahal kita punya hubungan historis sama Belanda sampe 350 tahun. Mungkin yang baca sekalian bisa bantuin ngomong ke pihak Kemlu, plis bantuin lah warga negara kita dengan bikin kekuatan paspor kita meningkat. Seenggaknya free masuk negara-negara maju at least sebulan aja, lebih dari itu ngurus visa nggak apa-apa. Jangan bule aja yang free masuk Indonesia, eh malah ujung-ujungnya banyak yang ngemis. Anw maaf curhat ya, habisnya saya selalu kesal kenapa kita tetep harus ngurus visa dengan persyaratannya yang ribet dan banyak, dan tamu dari negara lain malah gampang banget masuk negara kita.
Kalau dihitung-hitung, saya sudah lebih dari lima kali ngurus Visa Schengen, baik buat tourism maupun buat sekolah, semoga ke depannya bisa untuk urusan bisnis, aamiin. Sejauh ini sih visa saya selalu di-approved. Dari pengalaman-pengalaman itu, saya mau share beberapa tips nya. Berikut tipsnya:
1. Lengkapi semua syarat bikin Visa Schengen
When I say lengkapin itu berarti bener-bener lengkap seperti yang diminta sama pihak TLS dan kedutaan. Jadi nih ya, kalau pas wawancara kamu diminta lengkapin dokumen sampe jam 2 siang, itu artinya beneran sampe jam 2 siang ditungguinnya, ga bisa lebih dari itu. Kalau misal diminta cap basah, artinya cap basah yang dilampirin, jangan yang difotokopi.
2. Ramah ke Mbak/Mas TLS
Sebenernya nih ya, dokumen kita sebelum masuk ke Kedutaan Prancis kan diperiksa dulu tuh sama Mbak/Mas TLS, jadi ya mereka selektor yang pertama harus kamu hadapi. Emang mereka kadang jutek sih ya, mungkin capek mungkin bosen, tapi yaudahlah kita ramah-ramah aja sama mereka, toh nggak ada salahnya ramah dan bersikap baik ke orang lain.
3. Jumlah Rekening Koran Penting!
Banyak banget blog yang bilang “ga apa-apa kok lampirin rekening koran dengan jumlah yang dikit, ge keterima-keterima aja tuh” Emang iya ada aja yang beruntung kayak gitu, tapi mending di tabungan kamu ada beberapa puluh juta per orang biar aman. Tujuan mereka ngasih visa kan biar kita bisa berkunjung ke negara mereka dan BELANJA. That’s it, ngabisin duit di negara mereka. Jadi logikanya kalau duit kamu dikit, dan nggak ada yang sponsorin ke negara mereka, kira-kira mereka bakal mikir berkali-kali banget nggak sih ngasih kita visa. Mereka malah khawatir kita jadi beban negara mereka nantinya. Jadi tetep, isi rekening harus mayan, kalau bisa gendut.
4. Urus visa at least 1 bulan sebelum keberangkatan
Dulu sih jalan-jalan ke negara-negara Eropa Barat susah, sekarang dengan fasilitas-fasilitas Fintech dan hutang dulu pusing kemudian, jalan-jalan ke Eropa sangat mudah, sehingga antrian bikin visa biasanya panjang dan lama. Kalau berangkatnya mepet-mepet (kecuali untuk hal yang matter banget), kemungkinan visa ditolak besar sekali. Tapi ya coba aja, kali aja hoki di-approved visa nya.
5. Pakai fasilitas Premium nya TLS
Fasilitas ini nggak mempercepat kecepatan visa di-approved, tapi demi kenyamanan jiwa dan raga saat proses wawancara dan biometrik yang mungkin ngaruh ke psikologis Mas/Mbak TLS, maka jadi orang-orang premium amat penting. Bayar lebih mahal tapi nggak harus antri, dapet snack dan minuman selagi nunggu, less drama, OH YES PLEASE!
Itu tadi tips dari saya. Nggak menjamin Visa Schengen kamu di-approved ya, tapi ya seenggaknya membantu jiwa dan raga terhindar dari drama. Kalau masalah visa diterima apa nggak, itu urusan Tuhan, pihak kedutaan negara tujuan, dan mas/mbak TLS yang tau. Anw good luck ya yang mau apply visa schengen. Tenang aja bro dan sis, all is well!
Love,
SR
Subscribe to:
Posts (Atom)