Wednesday, July 22, 2020
Heaven on Earth, Keukenhof it is!
If you are fond of Tulips, then you should really visit Keukenhof on April! Because on April, all the tulips are blooming like crazy. So beautiful and so fresh.
Thursday, July 9, 2020
Tips for Choosing Investor
One day, I had a disagreement with one of our investor over our upcoming business. The investor wanted to delay the start of the business on August due to uncertainty, while I insisted that we should start on July because I believe the market is very appealing on this month. You see, inexperienced investor tend to over-worry, while experienced ones will face the uncertainty because they know business by nature is all about uncertainty. So when you want to choose investors for your business, always opt to the experience ones, although for example the new or inexperienced ones have larger sum of money, believe me they are slow and indecisive.
Tuesday, July 7, 2020
Jalan-Jalan di Kota Praha Cukup 1 Hari Saja!
Minggu lalu, tepatnya tanggal 5-6 Maret, saya berkesempatan untuk mengunjungi Praha, ibukota negara Republik Ceko, sebuah negara di Eropa Timur. Saya pergi kesana bersama beberapa orang teman, orang Indonesia namun sedang menuntut ilmu di Australia dan Rusia. Kami berangkat kesana dari Berlin setelah menghadiri audiensi bersama Bapak Presiden Republik Indonesia di Hotel Adlon, Berlin. Perjalanan ke Praha kami mulai dari Zob AM Funkturm, terminal bis antar kota antar negara di Uni Eropa. Kami menggunakan bis yang bernama Student Agency. Biaya untuk tikte pulang-pergi dengan menggunakan bis ini terhitung murah, yaitu hanya 56 euro atau sekitar 728.000 rupiah (jika 1 euro=13.000 rupiah). Pelayanan di bis pun tidak kalah dengan kereta ataupun pesawat. Bisnya sangat tepat waktu, ada fasilitas seperti in-flight entertainment sehingga kita bisa mendengarkan musik ataupun menonton film di dalam bis, toilet, free wifi, majalah, koran, disediakan minuman gratis berupa coklat panas, teh, kopi, dll. Menurut saya untuk harga segitu dan dengan fasilitas selengkap itu, menggunakan jalur darat seperti bis sangat saya rekomendasikan. Perjalanan dari Berlin ke Praha menempuh waktu sekitar 5 jam (namun untuk pengalaman saya kemarin bahkan tidak sampai 5 jam). Kebiasaan orang Eropa yang menurut saya patut dicontoh oleh orang Indonesia adalah memasang skenario terburuk untuk jadwal bis, jadi jadwal yang tertera di tiket adalah jadwal terburuk jika terjadi kemacetan atau hal-hal tidak terduga lainnya. Pada kenyataannya, lama perjalanan sebenarnya adalah tidak sampai 5 jam. Hal ini bagus sekali untuk menghindari terlambatnya penumpang dalam melanjutkan perjalanan berikutnya. Kami berangkat dari Berlin sekitar pukul 5 sore dan tiba di Praha sekitar pukul setengah 10 malam.
Sepanjang perjalanan menuju Praha, saya tidak terlalu memperhatikan jalanan karena saya sibuk membuat mid-term essay yang harus dikumpulkan malam itu juga ke Paris (Saya adalah mahasiswa tahun pertama di Sciences Po Paris). Saya sangat bersyukur karena ada fasilitas wifi dan tempat duduk yang nyaman di bis. Traveling dengan status sebagai mahasiswa menurut saya adalah tantangan tersendiri, bagaimana kita mengatur waktu sebaik mungkin, bersenang-senang tapi juga tetap harus ingat dengan kewajiban, istilahnya work hard, play harder, tapi kalau bagi saya study hard, traveling harder. Selama 3 jam saya mengerjakan essay tersebut, saya pun tertidur dan terbangun karena pengumuman dari supir bis bahwa bis kami sudah mendekati Florence, terminal bis terbesar di Praha. Hari sudah malam ketika kami tiba dan temperature pada saat itu menunjukkan minus 2 derajat celcius. Cukup dingin untuk kota yang berada di Timur Eropa. Tapi menurut teman saya (Ketua PPI Republik Ceko), jika siang hari cuaca akan lebih hangat dan sudah lebih sunny karena sudah mulai akan masuk musim semi.
Dari Florence kami segera berangkat menuju sekretariat PPI Republik Ceko (merangkap apartemen mantan Ketua PPI Ceko) karena kami rencananya akan menginap di sekretariat tersebut. Kami tidak sempat berjalan-jalan malam harinya karena sudah terlalu lelah, namun keindahan Kota Praha sudah terlihat, seperti halnya Paris, Praha juga sangat cantik di malam hari. Sekretariat PPI Republik Ceko berada di Malostranska, salah satu daerah pelajar di Kota Praha. Dari Florence ke Malostranska, kami harus naik metro ke arah Mustek untuk berganti ke line A karena Malostranska berada di line A. Perjalanan dari Florence ke Malostranska hanya sekita 30 menit. Satu yang unik lagi dari kota Praha adalah walaupun kami tiba sudah sangat malam, namun di metro ataupun bis masih sangat crowded. Menurut teman saya yang sudah lama tinggal di Praha, orang Praha sangat workaholic, jadi mereka rata-rata baru pulang kerja pukul 9 malam. Agak mengejutkan menurut saya karena jika dibandingkan dengan Jerman yang ekonominya nomor 4 di dunia, orang Ceko ternyata lebih giat bekerja, walaupun mungkin pay-less.
Tiba di sekretariat PPI Republik Ceko kami disajikan makan malam khas Indonesia, dan kemudian kami ngobrol sebentar dan memutuskan untuk beristirahat untuk memulai pertualangan di Praha esok harinya. Keesokan harinya kami memulai pertualangan kami di kota Praha dengan pertama kali mengunjungi Kastil Praha atau Prague Castle. Sebelum ke Kastil Praha, kami membeli one-day ticketseharga 110 Kc atau setara dengan 4.4 euro (1 euro = 25 Kc). Tidak sulit untuk menukarkan uang di Praha, ada banyak money changerdisana, namun dalam kasus saya, saya sengaja menarik uang dari mesin ATM agar lebih praktis dan rate nya lebih pasti. Rate untuk menukarkan 1 euro ke Kc disana bervariasi mulai dari 1 euro setara dengan 25 hingga 28 Kc. Saran saya, lebih baik untuk menarik uang melalui mesin ATM agar lebih praktis.
Kami berjalan kaki menuju Prague Castle karena jaraknya dekat. Tiba disana ternyata kastilnya sudah dipenuhi oleh banyak sekali turis Spanyol dan Italia. Ternyata Praha adalah salah satu tujuan wisata favorit bagi warga negara Spanyol dan Italia. Kastil Praha adalah monumen paling bersejarah di Ceko karena merupakan tempat Raja Ceko dulu. Kastil ini juga sangat luas, sekitar 45 hektar. Kami sempat mengambil beberapa foto disana. Namun karena kami tidak memiliki cukup banyak waktu, akhirnya kami segera menuju ke tujuan wisata berikutnya, yaitu Charles Bridge. Dari Kastil Praha ke Charles Bridge kami juga cukup berjalan kaki karena cukup dekat. Dari perjalanan menuju Charles Bridge, kami sempat bertemu dengan orang Indonesia namun sudah berkewarganegaraan Ceko. Kalau dilihat dari mukanya, si Rafay ini sangat tidak terlihat seperti orang Indonesia. Jika dia tidak menyapa kami duluan, kami tidak akan tahu kalau dia adalah orang Indonesia. Mukanya sangat khas Pan-Asia, malah lebih cenderung ke bule, mungkin mengikuti gen ibu nya yang orang Ceko asli. Pekerjaan sehari-harinya adalah menyewakan mobil-mobil antik untuk tour di sekitar Charles Bridge dengan biaya sekali tur sekitar 1200Kc atau sekitar 48 euro per jam-nya, cukup mahal, namun memang mobil-mobilnya sangat cantik dan antik. Ternyata Rafay ini juga penyanyi dan katanya dia pernah berduet dengan penyanyi ibukota, Rossa. Cukup lama kami ngobrol dengan Rafay hingga kami kemudian meneruskan perjalanan menyebrangi Charles Bridge. Charles Bridge menurut saya sangat indah, tidak kalah dengan beberapa Pont di Paris, lebih bersih malah. Satu hal lagi yang saya salut dari kota Praha ini, kotanya sangat bersih dan teratur, padahal dalam bayangan saya sebelumnya kota ini semacam Paris, cantik namun kotor. Ternyata dugaan saya sama sekali salah, kota ini sangat cantik dan bersih, udaranya pun sejuk.
Kami sempat mengambil foto di tengah Charles Bridge karena jika melihat ke arah kiri dari jembatan, terdapat Kafka Museum. Museum ini didedikasikan untuk Franz Kafka, seorang penulis ternama kelahiran Praha. Sayangnya kami tidak sempat berkunjung ke Kafka Museum karena keterbatasan waktu. Namun yang pasti, Kafka sangat terkenal di Praha, namanya didedikasikan sebagai nama jalan, nama museum, restoran, hingga hotel. Sangat reasonable menurut saya jika seorang Kafka bisa menulis seindah itu karena Kota Praha memang sangat indah. Di Charles Bridge juga kita bisa membeli berbagai souvenir karena banyak pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jembatan, mulai dari gantungan kunci hingga lukisan wajah. Ada banyak juga pekerja seni yang bermain biola, bernyanyi, bermain gitar sehingga menyebrangi Charles Bridge ini merupakan favorit saya ketika berada di Kota Praha.
Setelah menyebrangi Charles Bridge kami bergerak ke arah historical clock, jam yang konon katanya hanya ada satu-satunya di dunia dan arsitek jam tersebut dipenggal kepalanya agar dia tidak bisa menciptakan jam seindah itu di tempat lain. Kami mengambil beberapa foto disana, beristirahat sebentar, mencoba kuliner disana yang saya lupa namanya namun sangat enak. Penganan di Kota Praha rata-rata berbahan dasar babi sehingga bagi muslim agak sulit untuk menemukan makanan halal disana kecuali jika kita pergi ke food stand milik orang dari Timur Tengah dan menikmati Kebab, dan semacamnya. Setelah dari Historical Clock kami bergerak ke arah Muzeum. Muzeum ini pusat kota Praha, ada banyak gerai-gerai pakaian branded disini, selain itu tempat ini juga dipenuhi oleh kafe-kafe lucu, dan banyak anak muda kota Praha hang out disini. Mungkin Muzeum ini bisa disebut mall outdoor karena sering dijadikan meeting point warga Praha. Kami cukup lama beristirahat di Muzeum, mengambil beberapa foto hingga kemudian kami memutuskan untuk pulang karena jadwal tiket bus kami adalah pukul 17.30 PM sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 14.00 PM dan kami belum packing.
Itulah cerita perjalanan saya selama satu hari di Kota Praha. Agak tidak puas karena masih banyak tempat-tempat indah yang belum sempat saya kunjungi di Praha, tapi setidaknya saya sudah mengunjungi 4 tempat yang harus dikunjungi ketika di Praha. Kesan saya untuk kota ini adalah Kota Praha sangat cantik, sangat historis, orang-orangnya lebih ramah dibandingkan Paris, bersih, dan teratur. Mungkin banyak orang menilai Paris adalah kota tercantik di dunia, tapi bagi saya sejauh ini dari semua kota yang telah saya kunjungi, Praha adalah kota terindah selain Madrid. Jika tidak memiliki banyak waktu, mengunjungi Praha bisa dilakukan hanya dalam waktu kurang dari sehari seperti yang saya lakukan dan Anda akan sangat terkagum-kagum dengan keindahan kota ini walaupun hanya berada selama sehari disana.
Jalan-Jalan ke Lisbon, Portugal
Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi satu negara di Barat Daya Eropa lebih tepatnya di Iberian Peninsula. Sebuah negara yang terkenal akan kekuatan politik, ekonomi, dan militernya di abad ke 15 dan 16 sehingga menjadikan negara tersebut sebagai negara terkuat di seluruh dunia pada jaman keemasannya. Negara ini memiliki banyak wilayah jajahan seperti Macau, Brazil, Angola, Guinea Bissau, Mozambique, hingga Timor-Timor. Ya, negara tersebut adalah Portugal. Sayangnya jaman keemasan negara ini memudar ketika memasuki abad ke 19 hingga sekarang. Salah satu orang Portugal yang mendunia adalah Vasco de Gama. Beliau adalah salah satu orang yang membuka kesempatan Bangsa Eropa untuk datang dan menjelajahi negara-negara Timur.
Portugal dengan ibukotanya Lisbon memberikan misteri tersendiri untuk saya kunjungi. Selain negara ini termasuk salah satu negara eksotis di Benua Eropa selain Spanyol, negara ini mempunyai jalinan cerita yang panjang dengan negara kita, Indonesia. Dimulai sejak kedatangan bangsa ini ke kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia pada tahun 1512 untuk menguasai sumber rempah-rempah yang berharga dan juga untuk memperluas usaha misionaris Katolik Roma, hingga usahanya untuk membantu Timor-Timor untuk lepas dari Indonesia.
Bahkan dahulu gosipnya sebelum Timor-Timor resmi lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 2002, Orang Portugis cenderung kurang menyukai Orang Indonesia karena mereka berpikir Indonesia adalah negara penjajah. Agak ironis jika mengingat mereka justru pernah menguasai beberapa kerajaan nusantara seperti Kerajaan Sunda, Kesultanan Demak, dan juga kerajaan-kerajaan lainnya di Ternate, Ambon, dan Solor.
Perjalanan menuju ke Lisbon dari Paris ditempuh selama 2 jam. Saya berangkat dari bandara Charles de Gaulle pukul 16. 30 dan tiba di Lisboa Airport, Portugal pada pukul 18.00. Saya memilih menggunakan pesawat karena saya hanya punya sedikit sekali waktu untuk menjelajahi negara ini. Selain itu juga sudah tidak ada tiket yang tersisa. Saya berangkat kesana menggunakan maskapai Lufthansa. Agak mahal memang jika dibandingkan dengan pesawat low-cost lainnya, Cuma untuk kali ini, saya memang sengaja memilih untuk “berpergian ala koper,” karena saya baru selesai ujian akhir dan tubuh saya masih sangat lelah.
Setibanya di Lisboa Airport, saya menuju ke metro untuk melanjutkan perjalanan saya ke hotel yang berada di wilayah Cais de Sodre, sebuah wilayah wisata yang hanya berjarak 500 meter dari laut. Saya tidak terlalu menemukan banyak kesulitan selama berada di Portugal karena saya bisa berkomunikasi menggunakan Bahasa Spanyol dan Orang Portugis rata-rata mengerti Bahasa Spanyol. Bahasa Portugis juga secara penulisan sangat mirip dengan Bahasa Spanyol, hanya berbeda pengucapannya saja. Namun jangan khawatir, jika tidak bisa berbahasa Spanyol pun, orang Portugis lancar berbicara bahasa Inggris. Mungkin karena turis yang datang ke negara ini rata-rata English people.
Harga tiket metro sekali jalan dari bandara Lisboa ke Cais de Sodre hanya sekitar 1,7 euro. Hampir mirip dengan harga satu tiket metro sekali jalan di Paris. Dari Bandara ke hotel, saya sempat berganti metro untuk mengambil linehijau, karena Bandara Lisboa menggunakan linemerah. Waktu yang ditempuh dari bandara ke hotel saya hanya sekitar 20 menit.Sesampainya di hotel, saya menyempatkan diri untuk berganti baju sebentar, makan malam, dan berjalan-jalan di sekitar hotel. Kebetulan hotel saya sangat dekat dengan pantai bahkan bisa dibilang halamannya adalah pantai.
Keesokan harinya saya berusaha untuk memaksimalkan minimnya waktu yang saya punya di Lisbon. Perjalanan saya mulai dari St. George Castle. St. George Castle adalah benteng peninggalan jaman keemasan Portugal. Tiket masuk ke Castle ini adalah 8,5 euro untuk orang dewasa, namun karena saya masih mahasiswa dan berumur 22 tahun, saya mendapatkan tiket setengah harga, sehingga saya cuma harus membayar sekitar 4 euro. Di dalam St. George Castle terdapat museum arkeologi dimana saya banyak menemukan fakta menarik mengenai hubungan Portugal dengan Islam dan kebudayaannya. Banyak sekali budaya Portugal yang berasal dari budaya Islam. Hal ini dikarenakan dari mulai tahun 711 hingga tahun 1249, Portugal adalah salah satu wilayah kerajaan Islam. Pada masa dibawah kerajaan Islam, nama Portugal adalah Al-Gharb Al-Andalus atau wilayah di Barat Andalusia. Selain memiliki unsur kebudayaan Islam, Portugal juga mempunyai hubungan sejarah yang cukup dekat dengan China. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ditemukan barang-barang peninggalan China seperti guci, cawan, dan benda-benda khas China lainnya di museum arkeologi ini.
Berjalan keluar dari musem arkeologi, saya dihadapkan dengan pemandangan Kota Lisbon yang sangat cantik dengan dihiasi oleh kilauan pantulan air laut. Angin yang berhembus juga sangat sejuk dengan temperatur yang sangat bersahabat yaitu 22 derajat celcius. Tidak heran banyak turis menikmati pemandangan ini sambil mengabadikan setiap momen melalui kamera masing-masing. Setelah puas menghabiskan waktu di St. George Castle, saya bergegas turun ke pusat kota untuk makan siang. Karena dekat dengan laut, menu restaurant di Kota Lisbon rata-rata adalah sea foods terutama ikan. Karena saya gemar menyantap ikan, maka saya merasa sangat betah untuk tinggal di Lisbon. Saya memesan Sardinha Assada atau dalam bahasa Indonesia adalah Sardin Bakar, dan rasanya lezat sekali. Saya juga cukup kaget begitu mengetahui jumlah yang harus saya bayar sangat murah yaitu hanya sekitar 8,5 euro. Padahal untuk menu sea foods jika di Paris bisa mencapai lebih dari 30 euro. Negara ini memang surga untuk penggemar kuliner berbahan dasar ikan seperti saya.
Setelah mengisi tenaga, saya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan tram. Tram di kota Lisbon sangat khas karena hanya satu gerbong kecil dan sangat tua. Berbeda dengan tram yang ada di Belgia atau Belanda. Karena saya menggunakan one day ticket (seharga 6 euro), saya bebas menggunakan transportasi apa saja dalam waktu 24 jam. Tujuan saya selanjutnya adalah Sao Roque Church, konon katanya, Sao Roque Church ini adalah chapelpaling mahal di dunia karena terbuat dari emas yang khusus didatangkan dari Brazil ketika Brazil masih merupakan wilayah jajahan Portugis. Selain ke Chapel ini, saya juga sempat mengunjungi Berardo Museum dimana di dalam museum ini terdapat karya-karya dari Andy Warhol, Picasso, Dali, dan lain-lain. Yang paling menyenangkan dari museum ini adalah tidak diperlukan tiket untuk masuk alias gratis. Saya juga sempat mengunjungi Chiado, shopping center dan meeting point nya anak-anak muda Portugis. Selain Chiado, saya juga mengunjungi Cascais, sebuah pedesaan nelayan Portugal dan mencicipi kuliner berbahan dasar gurita disana, saya lupa namanya apa tapi sangat lezat karena guritanya masih segar.
Malam harinya saya sempatkan untuk mengunjungi Belem Tower, tower yang katanya harus saya kunjungi jika ke Lisbon. Letaknya agak di luar kota Lisbon, namun tidak terlalu jauh. Setelah mengunjungi Belem Tower saya sempatkan untuk ke hotel untuk istirahat sebentar, mencicipi kue khas Portugal bernama queijadas, pasteis de bata, dan juga bolo! Ya saya yakin bolu yang kita kenal di Indonesia adalah resep orang Portugis karena bentuk dan rasanya sama dengan bolu yang saya temui di Indonesia. Saya juga sempat mencicipi bacalhau (codfish). Pukul 22.00 saya pergi ke Bali Lounge karena ada pertunjukan Jazz disana.
Keesokan harinya saya berburu souvenir khas Portugal di Lisbon central, harga souvenir di Lisbon hamper sama dengan Paris namun sedikit lebih murah yaitu sekitar 4-5 euro per item. Ada satu souvenir khas Portugal yang bernama Azulejos atau yang dikenal dengan ubin. Namun ini bukan ubin sembarangan, azulejos punya corak yang unik dan dahulu merupakan ubin yang tertempel di istana raja, museum, dll, dan tidak diproduksi secara massal lagi, sehingga harganya mahal. Satu azulejosseukuran 10 cm x 10 cm bisa berkisar antara 20-100 euro tergantung tahun dibuatnya. Saya berhasil menemukan satu series complete dari Portuguese Stamps abad ke 5 dan juga perangko-perangko mantan negara-negara jajahannya, yang salah satunya sudah tidak exist lagi, yaitu Macau. Saya sangat puas sekali.
Setelah mendapatkan souvenir yang saya cari, saya sempat mengunjungi beberapa museum unik lainnya seperti National Tile Museumdengan berbagai jenis dan corak azulejos, Palacio Fronteira, Fado in Chiado dimana saya bisa mendengarkan musik khas Portugal dan diakhiri dengan saya ke Barrio Alto sebelum kembali ke Bandara.
Perjalanan yang singkat namun sangat berkesan di Lisbon menuntaskan rasa ingin tahu saya akan bangsa-bangsa besar di masa keemasannya. Portugal ada di dalam list saya dan Alhamdulillah telah tercapai keinginan saya untuk menjelajahinya. Masih ada beberapa bangsa besar dalam list saya, semoga negara-negara ini setidaknya sama mengagumkannya dengan Portugal.
Subscribe to:
Posts (Atom)