Tuesday, July 3, 2018

Pengalaman Membawa Bayi Naik Pesawat Garuda Indonesia, Batir Air, dan Citilink

Sebelum punya pengalaman membawa bayi naik pesawat terbang, terus terang saya agak deg-degan, karena dari blog-blog mommies yang saya baca, banyak ibu-ibu yang kerepotan ketika membawa bayinya naik pesawat. Setelah beberapa kali terbang dengan Kawa (nama bayi saya) dengan beberapa airlines (Garuda Indonesia, Batik Air, dan Citilink), saya ternyata tidak menemukan terlalu banyak kendala, sehingga saya memutuskan untuk menulis perihal membawa bayi terbang naik pesawat di blog saya. Siapa tau tulisan saya bisa bermanfaat untuk ibu-ibu lainnya yang bingung dan khawatir ketika harus membawa bayinya terbang naik pesawat. 

Kawa pertama kali naik pesawat itu saat umurnya masih sangat kecil yaitu 2,5 bulan. Ketika itu saya membawa Kawa liburan ke Bali dengan menggunakan pesawat Batik Air. Dari beberapa tulisan yang saya baca, banyak yang menyarankan untuk membawa bayi pertama kali naik pesawat itu di usia 3 bulan. Alasannya karena di usia 3 bulan, bayi dianggap sudah lebih kuat dengan perbedaan kondisi, secara fisik lebih kuat, dll. Namun, saya tetap membawa Kawa naik pesawat dari Jakarta ke Bali walaupun usia Kawa pada saat itu kurang dari 3 bulan karena Kawa dianggap mampu untuk terbang, sesuai dengan rekomendasi dokter anak Kawa. Asalkan perjalanannya tergolong short-haul (penerbangan tidak lebih dari dua jam). Jadi untuk Ibu-ibu yang berniat membawa bayinya naik pesawat, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter anak Anda, apakah bayi Anda mampu dan layak untuk dibawa terbang naik pesawat. Dari pihak Batik Air hanya pramugari saja yang bertanya anak saya sudah berapa bulan dan tidak terdapat perlakuan yang istimewa-istimewa banget karena membawa anak bayi. Perlakuan istimewa beberapa kali saya dapatkan dari Garuda Indonesia karena saya membawa bayi bepergian. Misalnya saya diperbolehkan masuk pesawat terlebih dahulu dan saya boleh menambah makanan (jika meminta). Untuk Citilink juga hampir tidak ada perlakuan istimewa untuk ibu-ibu yang bepergian dengan anak bayi.

Di tulisan-tulisan yang saya baca, banyak juga Ibu-ibu yang mengeluh bayinya rewel ketika di pesawat, sehingga mengganggu penumpang lainnya. Untuk pengalaman saya, Kawa tidak pernah rewel ketika naik pesawat, mungkin karena sewaktu saya hamil, saya biasa naik pesawat (mungkin lebih dari 10 kali penerbangan selama periode kehamilan). Jadi mungkin Kawa sudah aware tentang kondisi di pesawat terbang dan segala hal tentang penerbangan semenjak dari dalam kandungan. Semenjak lahir hingga berusia hampir 8 bulan, Kawa sudah 6 kali bolak balik naik pesawat ke tiga kota buat liburan yaitu Bali, Palembang, dan Lombok. Dan hanya sekali Kawa menangis dalam perjalanan (menangis sebentar) dan lucunya itu adalah saat kami terbang dengan menggunakan business class Batik Air. Hahaha.. Mungkin Kawa kaget, biasanya Kawa dibawa terbang dengan kelas ekonomi (tapi harus dibiasakan ya nak naik business class, siapa tau rezeki ayah dan ibu berlimpah jadi bisa naik business class terus, hehe). 

Selama membawa Kawa terbang, tips yang saya dapatkan melalui tulisan-tulisan adalah sebelum take off, sebaiknya Ibu menyusui bayinya, jadi bayi bisa tertidur ketika take off dan susui lagi bayi menjelang pesawat landing agar bayi ga sakit telinganya karena perbedaan tekanan udara. Untuk kasus Kawa, karena kami kebetulan terbang di jam tidur Kawa, maka tips tersebut tidak berlaku karena Kawa sudah tidur duluan tanpa harus disusui menjelang take off dan baru bangun ketika pesawat sudah landing. I am just lucky then, hahaha..

Mungkin untuk Ibu-Ibu yang anaknya agak rewel ketika di pesawat, bayi Ibu bisa disusui agar dia cepat terlelap jadi lupa kalau lagi nangis. Dalam satu pengalaman Kawa agak rewel di kelas bisnis, saya cepat-cepat susui Kawa dan Kaws cepat tenang dan tertidur kembali. Oh dan paling penting, sebaiknya ganti popok anak sebelum terbang agar dia bisa tidur dengan nyaman. 

Demikian pengalaman dan tips dari saya dalam membawa bayi terbanh naik pesawat, semoga bermanfaat, and may you have a great flight experience with your beloved baby! 



Saturday, January 27, 2018

dr. Sofani Munzila SPOG (Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok)

                  Saya pertama tahu mengenai dr. Sofani Munzila itu dari blog seorang mbak bernama Radieta (saya nggak kenal juga sih, cuman tahu dari riset di google). Kalau dari tulisan mbak Radit ini, dr. Sofani sangat bagus dan dia sangat merekomendasikan ibu-ibu hamil untuk control dengan dr. Sofani. Berdasarkan hasil riset google tersebut, pada saat saya pertama kali aware kalau saya hamil, saya dan suami memutuskan untuk control anak pertama kami ke beliau. Selain dari tulisan-tulisan orang di blog, saya juga background check pendidikan si dokter obgyn. Dari latar belakang pendidikan, dr. Sofani lulusan UI juga, jadinya saya makin membulatkan niat untuk control kehamilan ke beliau.
                  Ketika pertama kali control, kesan yang saya tangkap ya beliau orangnya agak cuek dan tampak sangat mengerti kerjaannya (mungkin karena beliau termasuk dokter senior di RS. Mitra Keluarga Depok). Namun sayangnya, beliau agak terlihat buru-buru dan tidak memberikan kesempatan saya banyak bertanya. Di beberapa kali control awal, saya sempat berniat untuk pindah dokter, karena menurut saya, dr. Sofani tidak memberikan saya kesempatan banyak bertanya, padahal sebagai calon ibu baru, ada banyak sekali pertanyaan yang ingin saya tanyakan. Namun, suami saya melarang saya untuk mencoba dokter lain karena menurut suami saya, untuk urusan kehamilan jangan coba-coba, stick aja ke satu dokter.
Setelah beberapa kali control ke dr. Sofani, saya menyadari bahwa antrian untuk control ke dr. Sofani memang sangat panjang, mungkin hal tersebut lah yang menyebabkan proses control ke dr. Sofani amat sangat cepat. Nunggu antriannya bisa berjam-jam, namun kontrolnya bisa hanya sepuluh menit saja. Selain itu, ketika saya bermaksud mengonfirmasi beberapa hal terkait kehamilan dan kandungan, dr. Sofani beberapa kali hanya menjawab “menurut Ibu bagaimana?” atau “sumbernya darimana?”Ketika saya tanya buku atau referensi jurnal atau tulisan apa saja yang bagus untuk saya baca terkait kehamilan, beliau juga tidak spesifik menyebutkannya. Beliau hanya bilang yang penting jelas sumbernya.
                  Plus poin dari beliau menurut saya adalah beliau sangat to the point dan straight forward. Tergantung tipe pasien, kalau yang agak sensitive ya pasti ngerasa dr. Sofani agak rude. Namun, bagi saya, tipe dokter yang seperti dr. Sofani ini bagus karena penjelasannya jelas dan tidak bertele-tele. Ketika sudah kenal juga dr. Sofani sangat ramah dan baik. Dr. Sofani juga sangat ahli sehingga saya percaya saja dengan beliau. Selain itu, beliau juga pro melahirkan normal, suatu hal yang jarang ditemui pada kualitas dokter obgyn akhir-akhir ini.
                  Kesimpulannya, walaupun antriannya panjang, proses kontrolnya sebentar, dan kalau belum kenal dr. Sofani terkesan cuek, namun beliau merupakan dokter yang pintar, sangat ahli dalam pekerjaannya, pro melahirkan normal, dan kalau sudah kenal ternyata ramah dan baik orangnya.